banner ads

SEJARAH PERJALANAN KERETA API DI INDONESIA

kereta api indonesia



Kereta api banyak digunakan sebagai pilihan transportasi penduduk Indonesia, terutama di pulau Jawa. Kereta api telah beroperasi di Indonesia sejak pertengahan abad ke 19 pada masa penjajahan Belanda. Saat Indonesia dikuasai Militer Jepang, pengelolaan kereta api diambil alih dan digunakan oleh pemerintah Jepang.

Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, para karyawan dari Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan pengelolaan kereta api dari militer Jepang. Pada tanggal 28 September 1945, AMKA menyatakan bahwa pengelolaan kereta api resmi berada di tangan bangsa Indonesia sekaligus diperingati sebagai Hari Kereta Api di Indonesia.

Kereta Api di Era Kolonial Belanda

Inisiatif untuk membangun jalur kereta api di Indonesia berawal pada era tanam paksa di tahun 1830. Saat itu, Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch menggagas pembangunan jalur kereta api agar dapat meningkatkan volume angkut produksi hasil panen di wilayah pedalaman. Pada 1840, Kolonel JHR Van der Wijk mengajukan proposal untuk membangun jalur kereta api Jakarta menuju Surabaya.
Pada 10 Agustus 1867, jalur kereta api pertama di Indonesia mulai beroperasi di Jawa Tengah dan terhubung dengan stasiun pertama di wilayah Semarang. Kereta ini berangkat menuju Temanggung yang berjarak 25 kilometer. Jalur kereta api ini kemudian diperluas hingga mencapai Yogyakarta. Pada awal keberjalanannya, kereta api dikelola oleh perusahaan Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij dan menggunakan ukuran standar rel 1.435 mm.
Pemerintah Belanda sebenarnya cenderung tidak ingin membangun jalur sendiri dan memberikan hak tersebut pada perusahaan swasta. Akan tetapi, perusahaan swasta ternyata tidak memperoleh keuntungan investasi yang diharapkan. Oleh karena itu, pemerintahan kolonial Belanda akhirnya mendirikan sistem jalur kereta api milik pemerintah bernama Staatsspoorwegen.
Perusahaan kereta api milik pemerintahan kolonial Belanda ini kemudian melanjutkan pekerjaan dengan menghubungkan Bogor di barat menuju Surabaya di timur. Pembangunan jalur kereta api dimulai pada 16 Mei 1878 dan kedua kota tersebut akhirnya terhubung pada 1894.
Pada 1920an, hampir seluruh kota dan desa strategis di Jawa telah terhubung dengan jalur kereta api. Beberapa kereta beroperasi untuk mengangkut hasil panen gula ke pabrik. Saat ini, meski Staatsspoorwegen tidak lagi mengelola kereta api di Indonesia, banyak dari jalur kereta api tersebut masih digunakan hingga kini.

Pengambilalihan Kereta Api oleh Pemerintah

Pada masa pendudukan Jepang, jalur kereta api di Indonesia dikelola secara terpisah. Setelah merdeka, para pejuang berhasil mengambil alih jalur kereta api pada 28 September 1945 di pulau Jawa. Secara terpisah, jalur kereta api di Sumatra juga berhasil diambil alih. Jalur kereta api di Sumatera Utara dikelola oleh Kereta Api Soematera Oetara, sementara jalur kereta api di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat dikelola oleh Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia. Disaat bersamaan, Belanda juga membuat sistem jalur kereta api secara terpisah yang dikelola oleh Verenigd Spoorwegbedrijf di wilayah Indonesia yang telah dikuasai.
Setelah Indonesia mendapat pengakuan kemerdekaan penuh pada 1949, berbagai sistem kereta api digabungkan menjadi Djawatan Kereta Api. Perusahaan ini mendatangkan 100 lokomotif uap pada 1950 untuk kembali melayani penumpang. Selain lokomotif uap, perusahaan ini juga mendatangkan lokomotif listrik-diesel yang berasal dari Amerika Serikat pada 1953. Kebijakan nasionalisasi yang ditetapkan pemerintah membuat seluruh jalur kereta api di Indonesia dikelola dibawah naungan Perusahaan Negara Kereta Api pada 1958.

Perkembangan Menjadi PT. Kereta Api Indonesia

Meski telah resmi menjadi milik negara dan dikelola Perusahaan Negara Kereta Api, upaya nasionalisasi dari kereta baru sepenuhnya tuntas pada 1971. Pada 15 September 1971, Perusahaan Negara Kereta Api berubah nama menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
PJKA melanjutkan upaya mendatangkan lokomotif listrik-diesel. Pada 1980-an, kebanyakan layanan perjalanan kereta api menggunakan lokomotif listrik-diesel. Selain itu, PJKA juga mendatangkan beberapa unit kereta listrik dari Jepang pada tahun 1970-an untuk menggantikan lokomotif yang sudah tua.
Nama PJKA mengalami perubahan pada 1991 menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Selama periode 1995-1999, layanan kereta api di Indonesia sempat mengalami kebangkitan. Berbagai layanan kereta api diperkenalkan untuk meningkatkan volume penumpang. Akan tetapi, PT. Kereta Api kesulitan menghadapi persaingan tiket pesawat murah sehingga mesti mengalami penurunan jumlah penumpang.
Nama Perumka kembali berubah pada 1 Juni 1999 menjadi PT. Kereta Api (Persero). PT. Kereta Api masih melanjutkan monopoli pengelolaan jalur kereta api di Indonesia. Masalah klasik dari industri kereta api di Indonesia masih terjadi. Stasiun tetap kumuh dan sumpek. Ditambah lagi pengawasan yang lemah pada sistem keluar masuk stasiun membuat banyak pengasong dan pengemis berkeliaran di dalam kereta. Belum lagi dengan keberadaan penumpang kereta yang duduk diatas atap kereta yang semakin memperburuk industri perkeretaapian Indonesia.
Pada tahun 2007, masa monopoli PT. Kereta Api Indonesia harus berakhir seiring berlakunya UU Perkeretaapian No. 23/2007. Pada 2010, PT Kereta Api mengalami perubahan nama menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT KAI) (Persero) yang masih digunakan hingga saat ini.
Ketika masih menjadi PT. Kereta Api di tahun 2008, PT KAI mengalami kerugian Rp. 80 miliar. Berbagai masalah klasik identik dengan kondisi kereta api seperti banyaknya pedagang kaki lima berkeliaran, penumpang yang naik ke atap kereta api, serta kondisi stasiun dan kereta api yang kotor.
Dipimpin CEO Ignasius Jonan, PT KAI berbenah. Pembenahan diawali dengan tindakan seperti pembersihan pedagang kaki lima dari kereta ekonomi, memasang pendingin ruangan (AC) di kereta ekonomi, menghilangkan penumpang di atap kereta api, menerapkan tiket elektronik di commuter line, serta memastikan kebersihan setiap stasiun dan kereta api.
PT. KAI masih berbenah hingga saat ini. Meski perbaikan telah terlihat, neraca keuangan telah positif, dan rencana pengembangan telah ditetapkan, PT. KAI masih menghadapi banyak tantangan. Salah satu yang masih menjadi perhatian adalah jauhnya kualitas PT. KAI jika dibanding kondisi kereta api berbagai negara maju di kawasan Eropa.
Sepanjang perjalanan perkeretaapian Indonesia, terutama setelah kemerdekaan, terdapat berbagai momen sejarah yang hadir dan mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Sensasi “perubahan bahasa asongan” saat perjalanan antar provinsi, tragedi kecelakaan, atau “ataper” menjadi salah satu kenangan penting dalam sejarah masyarakat Indonesia.


0 Komentar untuk "SEJARAH PERJALANAN KERETA API DI INDONESIA"

Peraturan Dan Kebijakan Berkomentar

[-]Dilarang Berpromosi Tentang Obat Kuat,Jamu Dan Lainnya
[-]Dilarang Berkomentar Yang Bermodus Bisnis,Uang Dari Internet Dan
Lainya
[-]Dilarang Berkomentar Berbau Pornografi,Seksualitas Dan Sebagainya
[-]Dilarang Berkomentar Tentang Melecehkan Agama,Budaya,Suku Dll

Back To Top